Melie Indarto adalah pendiri dari KaIND merek tekstil tenun Indonesia yang melestarikan Batik Pasuruan dalam bentuk antara lain kain tenun yang ramah lingkungan dengan menggunakan teknik batik tulis, batik cap dan pewarnaan alam. Di kampung halamannya Pasuruan, Jawa Timur ini, Melie memulai bisnisnya pada akhir tahun 2014 setelah lima tahun bekerja di industri fesyen di Jakarta. Ide merintis fashion berbasis kain tenun lahir ketika Melie miris melihat Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) atau alat tenun manual tergeletak tak terpakai dengan kondisi lapuk, dan menemukan bahwa hanya tersisa tiga orang pengrajin batik senior dan tidak ada lagi petani ulat sutera.
Tekad untuk menyelamatkan pengrajin dan produk asli Purwosari, Pasuruan ini diawali dengan membangun sebuah komunitas kecil sebagai wadah untuk para pengrajin senior yang tersisa untuk mewariskan teknik membatik kepada anak-anak muda di Pasuruan, selain itu Melie menghidupkan kembali budidaya ulat sutera dengan memberikan pendampingan kepada warga petani, mulai dari pembenihan, hingga pemasaran hasil panennya. Melalui komunitas ini para pengarajin menciptakan tekstur baru dari kain tenun tangan yang sesuai dengan pasar modern dan mengeksplorasi batik kekinian tanpa menghilangkan sesuatu yang sudah ditorehkan.
Pasuruan memiliki corak batik yang khas seperti daerah lain di Indonesia, Melie berkreasi dalam beragam model pakaian, aksesoris, seperti syal, baju, sandal, dompet, bantal, masker tidur, dan kain tenun hingga batik tulis. Terinspirasi dari tempat-tempat ikonik Gunung Bromo dengan pasir berbisiknya juga kekayaan flora lokal seperti tuberose, krisan dan anggrek sebagai pola baru batik tenun KaIND.
Mengangkat konsep Slow Fashion, KaIND memproduksi beragam produk fashion yang sangat konsen pada kualitas, mengusung produk yang 100% organik, biodegradable dan berasal dari material alami. Dengan mengedepankan prinsip zero waste, limbah produksi dari KaIND sangat sedikit dan tidak mencemari alam.
Komitmen melestarikan “tenun sutra erii” Pasuruan dan mengembangkan para pengrajin tenun dalam komunitas KaIND membuahkan kesempatan dimana komunitas KaIND berpatisipasi di ajang G20, sebanyak 20 pengrajin turut terlibat sepanjang persiapan dan produksi koleksi souvenir eksklusif G20 Indonesia.