Sebagai manusia, nilai eksistensi kita sesungguhnya tidak diukur dari seberapa banyak harta atau kekuasaan yang kita himpun. Namun, kontribusi kita sebagai seorang individu kepada lingkungan sekitar.
TES hadir sebagai sebuah komunitas yang tak hanya mewadahi para pengusaha yang sudah melaju, namun justru menjadi tempat bagi mereka yang ingin merintis usahanya. Klemens juga berusaha mengubah pola pikir kultur kerja yang ada menjadi lebih profesional dengan sistem equal opportunity employment dimana seseorang tidak dinilai dari latar belakang personal, namun dari etika profesionalismenya.
Berjejaring dan berbagi ilmu serta peluang rezeki menjadi basis Klemens dalam menumbuhkan TES. Mimpinya untuk turut berkontribusi dalam mensejahterakan rakyat Indonesia turut menjadi motor semangatnya. Berikut ini kisah lengkap dari Klemens dan The Entrepreneurs Society-nya yang inspiratif.
Klemens ingin menanamkan dua mental penting bagi seorang pengusaha pada para menteenya di TES. Keduanya adalah berani keluar dari zona nyaman serta berani keluar dari zona lazim.
The Entrepreneurs Society sebagai Wadah Saling Memberdayakan. “Justru pada saat kita berbagi seperti itu, tanpa sadar kita mengangkat brand kita. Saya selalu bilang jangan pernah naik dengan menjatuhkan orang lain, tapi naiknya tuh dengan mengangkat orang lain. Pada saat hal itu terjadi, ekosistemnya terbentuk. Nggak usah takut, pasti berkatnya melimpah, kok.” Ujar Klemens.
Ditanya mengenai brand awareness, Klemens mengemukakan bahwa biasanya setiap bisnis memerlukan 3P yakni personal, produk, dan perusahaan. Menurutnya, anak muda zaman sekarang yang sedang merintis usaha penting untuk memperhatikan personal dengan cara membangun citra diri lewat media sosial. Personal branding akan membuat brand lebih cepat dikenal.
Namun, aspek personal tak bisa selamanya diandalkan. Itulah mengapa TES hadir sebagai komunitas yang bisa saling memberdayakan, agar semua aspek dapat dioptimalkan secara seimbang.