Faith Over Fear kali ini datang dari Edwin Nazir, seorang produser film dan pelopor dalam dunia kreatif Indonesia. Edwin telah mempelopori berdirinya Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) bersama kakak perempuan tertuanya sejak 2009. Film pertamanya rilis pada tahun 2013 setahun setelah proses produksi selesai. Filmnya berhasil keluar sebagai pemenang penghargaan seperti 9 Summers 10 Autumns.
Anak Teknik Pecinta Seni
Latar belakang Edwin Nazir yang merupakan keturunan Minang dan Bandung ini ternyata cukup jauh dari yang orang sangka. Anak terakhir dari 4 bersaudara ini merupakan sarjana teknik mesin dari Universitas Trisakti.
Pilihannya memilih jurusan teknik mesin pada zaman itu hanya mengikuti pilihan profesi yang konservatif. Benar-benar tidak ada hubungannya dengan profesi yang ia jalani saat ini. Meskipun ia memang menyenangi pelajaran eksak.
Setelah menyelesaikan pendidikan Strata 1-nya, Edwin sempat bercita-cita menjadi atlet. Hal ini mendapat inspirasi pula dari latar belakang mendiang ibu Edwin yang pernah menjadi pengurus salah satu persatuan cabang olahraga di Jakarta.
Kemudian Edwin mendapatkan inspirasi lain menjadi jurnalis televisi dengan basic-nya menjadi reporter. Edwin yang mengaku seorang introvert dimana lebih memilih sendiri di rumah berusaha untuk profesional menjalani pekerjaan menjadi wartawan. Dia menantang dirinya sendiri dalam lingkungan pekerjaan yang dinamis. Tentu ini beda dimana di lingkungan teknik semuanya serba pasti.
Melawan Ketakutan Ala Edwin Nazir
Edwin membagikan kisahnya saat bekerja menjadi jurnalis profesional dimana dua bulan pertama ia justru hendak mengundurkan diri. Kemudian ia mendapat insight dari supervisornya untuk kembali melanjutkan pekerjaannya setidaknya sampai setahun. Edwin tak menyangka setelah menjalani proses pekerjaan selama 6 bulan ia malah kerasan.
Saat itu, ada satu program training yang bekerja sama dengan Universitas Indonesia selama 2 minggu di Jakarta.
Dalam satu bahasannya, Edwin mengambil contoh pengajar yang sedang membahas berita-berita seperti apa yang layak jadi berita utama. Sebelumnya Edwin tak mempelajari teori ini sehingga agak sulit untuk menentukannya. Dia pikir dasarnya intuitif saja.
Namun, setelah ia mempelajari teorinya, seperti hal-hal yang menyangkut keamanan dan nyawa manusia itu harus menjadi prioritas. Kemudian hal-hal yang berhubungan dengan finansial penonton. Itulah mengapa berita mengenai harga cabai keriting naik itu selalu menjadi berita nasional. Itu akan sangat membawa dampak.
Pada akhirnya, Edwin bersama kakak perempuan yang paling tua membuat film. Edwin hanya menjalaninya, bicara dengan banyak orang, beli buku-buku dan terus memberanikan diri membuat film yang pertama.
Edwin cukup percaya diri bahwa ini akan berhasil dan ia mendapat dukungan besar juga dari orang-orang di sekitarnya. Dari sini Edwin berpikir jika kepercayaan itu sangat penting karena kita bermitra dengan orang-orang dari industri ini atau orang-orang yang baru masuk ke industri ini.
Gagal atau berhasil itu tidak seratus persen kita yang menentukan, pikir Edwin. Namun, kepercayaan dan keterbukaan itulah yang akan menjamin kita bisa selalu bersama.
Merintis ICAD
Dari film tadi, Edwin bersama kakaknya yang seorang interior desainer menginisiasi ICAD pertama tahun 2009. Kakaknya membukakan jalan lebih luas lagi karena dia lebih sering bertemu banyak orang dan termasuk seniman dari sisi pekerjaannya. Pada akhirnya muncullah ide membuat pameran seni kontemporer dan desain untuk area publik.
Edwin dan kakaknya menargetkan area publik untuk pameran seni ini. Edwin yang cukup nekat bertemu pula dengan hotel (Grand Kemang) yang juga nekat ingin mewujudkan bersama ide ini.
Sempat ada beberapa seni yang cukup ekstrim dimana menerbitkan pemikiran apakah yang datang ke pameran akan merasa nyaman dengan karya tersebut. Edwin dan tim pada akhirnya berusaha mencari keseimbangan antara para seniman dengan hotel yang punya pakem sendiri dalam eventnya.
Pada awalnya, pengunjung yang datang mungkin hanya sekadar untuk foto-foto lalu berbagi banyak hal di media sosialnya. Bagi Edwin, ini sangat baik mengingat niat awalnya ia dan tim ingin mendekatkan seni pada publik yang lebih luas.
Usaha yang Tidak Mengkhianati Hasil
Keberhasilan dan kegagalan elemennya tidak hanya satu. Tidak hanya hitam atau putih saja. Ada banyak elemen dimana di sisi yang satu gagal namun di sisi lainnya berhasil. Edwin mencoba untuk punya satu target yang berhasil atau kebahagiaan yang dia signifikansi. Jika satu hal itu sudah berhasil, maka tidak mengapa yang lainnya gagal. Yang terpenting yang satu hal itu harus berhasil dan Edwin pikir itu bisa kita ciptakan sendiri. Mungkin dari hal yang sangat sederhana.
ICAD sudah tiga kali mewakili Indonesia untuk Milan Fashion Week. Seniman Indonesia menurut Edwin levelnya sudah sama dengan seniman-seniman luar. Secara kualitas, Edwin mengedepankan Indonesia sangat tidak kalah dengan karya-karya luar. Masih banyak karya Indonesia dari berbagai pulau atau daerah yang belum mendapat sorotan di luar negeri. Negara lain pasti tidak punya seperti apa yang kita punyai.
Harapan Edwin sekarang untuk masa depan para seniman di dalam negeri adalah terus berkarya dan belajar agar karyanya menjadi lebih baik.